1. Pengertian Hipospadia
Dikutip dari Mayo Clinic, hipospadia adalah kelainan bawaan sejak lahir yang ditandai dengan lubang urethra berada di bagian bawah penis, bukan di ujung seperti pada umumnya. Urethra merupakan saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih.
“Pada beberapa anak dengan hipospadia, testis mungkin tidak sepenuhnya turun ke skrotum (kantong buah zakar),” tulis the Centers of Disease Control and Prevention (CDC).
2. Gejala
Pada hipospadia, posisi bukaan urethra bisa ada di mana saja. Bisa di pangkal penis, bahkan pada beberapa kasus ada di bawah skrotum. Beberapa gejala yang muncul atau bisa menyertai adalah:
- Bentuk penis melengkung ke bawah (chordee)
- Bentuk kulup (kulit yang menutupi ujung penis) tidak menutupi kepala penis dengan sempurna
- Percikan urine tidak normal saat buang air kecil
3. Penyebab
Seperti halnya kelainan bawaan lahir lainnya, para ahli tidak bisa memastikan penyebab pasti hipospadia. Dikutip dari WebMD, beberapa kemungkinan penyebab adalah:
Genetik
Beberapa sindrom genetik dikaitkan dengan kelainan ini. Selain itu, orang tua yang punya riwayat hipospadia punya kemungkinan lebih besar punya keturunan dengan kelainan serupa.
Terapi tertentu
Terapi hormon tertentu untuk membantu kehamilan juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Usia dan berat badan ibu saat hamil
Risiko melahirkan anak dengan hipospadia lebih tinggi pada ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun dan berat badan berlebih atau obesitas. Riwayat diabetes juga meningkatkan risiko.
Paparan racun
Rokok dan pestisida termasuk di antaranya.
4. Perlukah Operasi
Pada beberapa kasus yang ringan, tidak membutuhkan operasi. Namun pada beberapa kasus, dibutuhkan corrective surgery untuk memperbaiki posisi bukaan urethra dan meluruskan bentuk penis.
Beberapa kasus hanya butuh satu kali corrective surgery, tetapi sebagian membutuhkan beberapa kali operasi.
Apa saja pilihan pengobatan untuk hipospadia?
Pengobatan hipospadia merupakan hal yang dapat dilakukan agar kondisi penis normal seperti pada umumnya. Terapi yang paling umum yaitu melalui prosedur pembedahan.
Dokter akan membuat muara uretra alias lubang kencing baru pada kepala penis. Pembedahan sebaiknya dilakukan secepat mungkin, antara usia 6-12 bulan. Meski begitu, pembedahan dapat pula dilakukan saat dewasa.
Kebanyakan pasien langsung pulang usai operasi. Pasien akan menggunakan kateter di penisnya. Kateter merupakan saluran buatan dari plastik untuk membantu mengalirkan urine.
Normalnya, urine akan mengandung darah. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri dan antibiotik untuk mencegah infeksi pasca-operasi.
Kateter urine biasanya bisa dilepas dalam waktu 10 hari. Biasanya hanya membutuhkan dua kali kontrol setelah pembedahan dilakukan. Setelah operasi, pasien diharapkan mampu memiliki kehidupan seks yang normal nantinya dan mampu bereproduksi.
Jika tidak diobati sesegera mungkin, hipospadia bisa membawa masalah saat anak belajar buang air di toilet, berhubungan seksual saat dewasa, dan timbulnya fistula uretra.
Apa saja tes diagnosis yang umum dilakukan?
Dokter akan membuat diagnosis dari riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Dokter mungkin akan merujuk anak ke ahli bedah dengan spesialisasi dalam kondisi genital dan kemih (urologis) untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pengobatan di rumah untuk hipospadia
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat membantu mengatasi hipospadia?
Beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang diharapkan dapat membantu Anda mengatasi hipospadia, di antaranya:
- Beri tahu dokter Anda tentang masalah medis Anda.
- Gunakan 2 popok setelah operasi, yakni 1 untuk feses dan 1 untuk urin dari kateter.
- Selalu menjaga kebersihan penis Anda. Jika feses mengenai luka operasi, segera bersihkan dengan air bersih.
- Hubungi dokter Anda sesegera mungkin jika Anda demam pasca-operasi, nanah keluar dari penis, tidak ada urine yang keluar dari kateter lebih dari 1 jam, atau urine merembes dari bagian penis yang lain.
Hubungi dokter Anda segera atau pergi ke instalasi gawat darurat jika pasca-operasi Anda mengeluarkan darah yang tidak dapat berhenti dari penisnya.
Bagaimana cara mencegah hipospadia pada anak?
Hingga saat ini, peneliti masih melakukan riset lebih lanjut mengenai penyebab sekaligus tindakan untuk mencegah hipospadia. Sementara ini, tindakan pencegahan dilakukan dengan konsultasi rencana kehamilan, pemenuhan kebutuhan nutrisi pada ibu hamil, dan cek kesehatan rutin ke dokter kandungan.
Ibu hamil sebaiknya berhati-hati dalam menggunakan obat atau bahan-bahan tertentu yang kemungkinan mengganggu kinerja dan kestabilan hormon. Untuk itu, selalu konsultasikan ke dokter sebelum ibu hamil menggunakan bahan atau produk tertentu.
Selain itu, Anda bisa mengurangi risiko anak Anda terkena hipospadia dengan melakukan upaya pencegahan di bawah ini saat hamil, seperti:
- Jangan merokok atau minum alkohol.
- Pertahankan berat badan ideal.
- Konsumsi 400 hingga 800 mikrogram (mcg) asam folat per hari.
- Rutin memeriksakan kandungan ke dokter.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah lebih lanjut dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Sumber :hellosehat.com/pria/penis/hipospadia-adalah/